Ia Bukan Kelam, Hanya Belum Bercahaya
Namanya.. yang akan pergi, sebentar lagi. Ia sempat singgah beberapa waktu lalu di hatiku, bahkan hingga detik jemariku mengalirkan tulisan ini. hangatnya masih terasa, ya walau dia nyatanya tidak sehangat itu. fikiranku masih berbayang, matanya masih terekam jelas, jemarinya, lekukan telinga, hingga deru nafasnya yang selalu menggebu. Cukup singkat untuk memulai mencintai, hanya butuh beberapa hari. bahkan tak sempat kuhitung karna terlenaku pada bagian terindah yang sempat terulang beberapa kali. Tapi bagian itu bukan yang terpenting dari cerita kali ini, bagian lain yang pernah aku rasakan, namun selalu gagal kukalahkan, aku menamakannya kebodohan. Terkekang oleh perasaan yang menganggap hari ini akan baik-baik saja dan esok akan terus seperti ini. Aku menjatuhkan hatiku setelah berapa kali ku buang jauh harapan tentang hubungan. Aku memilihnya sebagai pelawan rasa sakit yang selalu menghantuiku. Dia berhasil beberapa saat, nyatanya hanya beberapa saat saja, setelah itu ia lah...