Ia Bukan Kelam, Hanya Belum Bercahaya




Namanya.. yang akan pergi, sebentar lagi.
Ia sempat singgah beberapa waktu lalu di hatiku, bahkan hingga detik jemariku mengalirkan tulisan ini. hangatnya masih terasa, ya walau dia nyatanya tidak sehangat itu. fikiranku masih berbayang, matanya masih terekam jelas, jemarinya, lekukan telinga, hingga deru nafasnya yang selalu menggebu.
Cukup singkat untuk memulai mencintai, hanya butuh beberapa hari. bahkan tak sempat kuhitung karna terlenaku pada bagian terindah yang sempat terulang beberapa kali. Tapi bagian itu bukan yang terpenting dari cerita kali ini, bagian lain yang pernah aku rasakan, namun selalu gagal kukalahkan, aku menamakannya kebodohan. Terkekang oleh perasaan yang menganggap hari ini akan baik-baik saja dan esok akan terus seperti ini.
Aku menjatuhkan hatiku setelah berapa kali ku buang jauh harapan tentang hubungan. Aku memilihnya sebagai pelawan rasa sakit yang selalu menghantuiku. Dia berhasil beberapa saat, nyatanya hanya beberapa saat saja, setelah itu ia lah yang menjadi penyebab sakitku kembali. Dia menghantuiku hingga kini. Entah memang benar dia, atau hanya aku yang mnghantui fikiranku sendiri.
Malam itu, cerita paling kelam di hari ulang tahunku. Keadaan yang paling tidak pernah terbesit difikiranku sejak aku mulai menyadari aku jatuh cinta padanya. Aku mendapati hatinya berpindah hari itu, yang ia katakan mungkin hanya perpindahan sementara. Tapi mulai saat itu aku tak akan yakin apapun yang dia katakan. Tapi lagi-lagi aku lemah, perasaanku terlalu jauh kuhabiskan tanpa dia tau.
Emosi yang tidak pernah kukenali sebelumnya, yang dipaparkan setiap hari kepadaku. Mencoba menikmati hari-hariku kembali diisi dengan beberapa kesalahan yang sama, namun percobaanku setiap hari terasa hampa. Sepertinya, aku kembali menyadarkan diri bahwa bukan selalu aku yang salah, ada yang tidak terbebas dari fikirannya, lalu mencuat keluar mengenaiku. Itu yang lambat laun kuketahui.
Berbagi cinta dengan orang yang sama, gambaran jelas setelah beberapa hari ku peluk teman bernama bodoh itu, kupeluk terlalu erat, hingga suatu malam kuatku runtuh begitu saja. Isakku yang tak pernah ku izinkan keluar akhinya menyeruak menggebu minta keluar. Aku tak cukup pintar berpura-pura nyatanya. Aku memutuskan untuk tidak tetap tinggal.
Coba fikirkan, bagaimana perasaanmu jika kau mencintai orang lain yang nyatanya tidak mencintaimu seutuhnya, bukan karena kau, tapi hatinya terbelah dua. bagaimana jika perasaanmu sering tak kau gubris, bagaimana kau lebih sering memikirkan hidup orang lain dibanding kau memikirkan hidupmu sendiri, lalu perlahan yang begitu cepat semuanya hilang.
Ketika aku bertemu dengannya untuk pertama kali, hal yang tidak pernah akan aku percaya adalah ia akan membagi hatinya dengan orang lain, bagaimana ia memperlakukan ku, bagaimana ia membagi waktunya yang terasa begitu sangat meyakinkan. Mudah saja memang jika jatuh cinta menjadi tuhan tanpa berdosa, yang berarti kau tak perlu alasan atau pertanyaan apapun mengapa cepat sekali hatimu kau serahkan.

Dear R,
Apa aku punya pilihan lain selain berhenti mencintaimu? apa boleh aku minta tuhan terlalu banyak? apa kau lupa siapa yang duluan kau cintai?

Terlalu banyak yang ku idamkan sejak pertama kali ku putuskan untuk menjatuhi diriku kepadanya, perasaan takut yang hampir punah, keraguan yang kutepis tanpa beban. Mungkin benar, perasaan yang kulihat tidak sepenuhnya benar, tapi setidaknya itu yang ku rasakan. Mungkin saja ia sebenarnya tidak benar-benar mencintaiku, atau juga mungkin dia tidak seniat itu berhadapan denganku. Ah, tapi benar katanya, aku masih sama aja, memeluk bodoh menyerahkan cinta dengan bebas, sendu sendirian dengan senjaku, menikmati sendiri lebih menyenangkan, kehadirannya hanya melengkapiku tapi aku masih tetap senang sendiri, seperti hujan yang sendu aku hanya berusaha melindunginya agar tidak basah namun aku malah menikmati hujannya sendirian, dia tetap aman namun sendirian.
Salahku yang begitu kusadari, aku tak pintar meluapkan apa yang aku rasakan, aku selalu bohong dan berdalih untuk menatap lekat matanya, selalu kuurungkan niatku ingin memeluknya sangat erat ketika ia ingin pulang, atau luapan aku mencintainya, aku kalah dengan ego saat itu.
Ah, rasanya aku terlalu banyak menyalahi diriku sendiri, tapi bukan dari kesalahan.

Dear R, 
Kali ini kamu berhasil buat aku buntu, berhasil buat aku tak bisa lakukan apa-apa.
Dear R, 
Jika kamu bilang dia lebih baik saat itu, kenapa tetap harus bertahan?

Cerita malam itu yang belum sepenuhnya selesai, ia ingin aku tetap tinggal, ia ingin aku menyelesaikan misinya hingga selesai, dan tentu saja aku tetap masih mencintainya. Tapi nyatanya perasaanku hanya bertahan beberapa hari, karna aku sendiri tak begitu yakin ia benar menginginkanku. Aku tidak ingin berlarut dalam kenyataan yang tidak benar-benar ada, aku pergi.

Malam ini, saat aku menyelesaikan tulisanku, ada terselip sakit yang ku yakini sebentar lagi pergi, aku tak lagi sesendu kemarin, walau lukaku hampir kering ia paham harus ada bekas yang tetap tinggal. Tidak perlu banyak hal yang disesali, bekasnya akan menjadi kehati-hatianku, ia akan menjadi pengingat dikala aku lengah, ia akan menjadi sunyi yang banyak berbicara.


Hai Ryan,
Terima kasih mengajariku merasakan dengan tentram bagaimana caranya melepaskan dengan cara yang paling benar. Bagaimana benar-benar merelakan kepergian. Bagaimana tau cara yang benar, mencintaimu yang tidak benar-benar datang.




Letter for you:
Jikala masih ada yang menutupi perasaanmu, keluarkanlah dalam sebentuk cerita. Kelak nanti kau tau batas mampumu. Bukankah sering deretan kata yang pernah kau tulis kala berduka kau baca kembali saat perasaanmu telah baik-baik saja. Yakinlah kejadian pahit yang kau lalui akan kau pelajari esok hari. Suatu saat akan kau lupa, namun rasanya masih sama. Pernah sebodoh itu, pernah selucu itu, pasti pernah. Lalu, kenapa kau harus larut dalam sedih yang sering kau alami. Kau cukup membiasakan diri kembali. Dari orang yang tidak perlu larut kau tangisi. 
Dia hanya menjadi kesulitanmu ketika hadir kembali, dia hanya menguak lukamu yang belum sangat kering. Dia bukan siapa-siapa, tidak berhak atas apa yang kau tanam selama ini. Kau hanya perlu sadar sedikit, kembalikan waktumu yang kau tepis terlalu lama. Kau hadir sendiri untuk masa depan, tanpa dia yang tak kau butuhkan. -

Comments


  1. Yazılarınız harika, harika bir blogunuz var. Sıkılmadan okudum yazınızı. Sende Benim tavsiyelerime göz atmak istermisin.
    Sizide bloguma bekliyorum.
    Hello, you have a great blog. I'm waiting for my blog
    Aşk Nedir ?

    Atarlı söz

    Karşılıklı Blog destekleri


    ReplyDelete

Post a Comment

Thank you so much for you visit my blog and leave comment. I read every comment and glad to read it and try to reply that.
Dont forget to follow my blog

Indah Purnamasari

Friends